Jika nuklir ini dinilai
jelek dan kami tidak boleh menguasai dan memilikinya, mengapa kalian sebagai
adikuasa memilikinya? Sebaliknya, jika teknonuklir ini baik bagi kalian, mengapa
kami tidak boleh juga memakainya?
Dari buku ini aku baru tahu bahwa Ahmadinejad bukanlah sesosok lelaki yang mau cari popularitas dengan melawan Amerika. Rupanya dia adalah dosen biasa yang hidup sangat bersahaja yang menyukai bola, dan diangkat menjadi gubernur Teheran dengan segudang prestasi!
Hal yang kontroversial adalah menghibahkan rumah dinasnya menjadi museum. Kontras sekali dengan rumah dinas gubernur di Indonesia yang milyaran. Dia tetap menempati rumahnya yang sederhana dengan gaji dosennya. Gaji gubernurnya pun dia hibahkan untuk rakyatnya.
Keahliannya sebagai ahli transportasi (master degree), membuatnya mampu mengurai kemacetan jalanan di Teheran. Tak urung ia turun ke jalan untuk menyapu jalan atau sekedar membersihkan got yang mampet. Ahmadinejad memberikan teladan yang nyata bagi rakyatnya, bukannya menggunakan aji mumpung untuk mengeruk kas negara.
Hidupnya bagaikan dongeng, sekilas tampak naif namun memiliki prinsip yang setegar batu karang berlandaskan kebenaran membela kaum tertindas.
Kapan ya kita punya Ahmadinejad?