“Mah, alhamdulillah project Papah goal, Mah! Project yang sudah lama Papah harapkan!”, teriak Toni pada istrinya via telepon.
Istrinya tetap bergeming, meneteskan air mata. Tanpa suara.
“Mah, mengapa diam saja? Mengapa kau menangis, Mah? Harusnya Mamah gembira!”, lanjut Toni tak habis pikir.
“Bertahun-tahun kita berusaha agar project ini bisa kita dapatkan dengan susah payah. Setelah kita dapatkan kenapa engkau tidak turut bahagia, Mah?”, tanya Toni dengan suara bergetar.
“Bu Toni, sabar ya. Insya Allah Bapak khusnul khatimah”, kata Pak RW.
“Wahai Toni bin Fulan, kendaraan menuju surga sudah siap. Apakah engkau siap?”, sebuah suara membimbing Toni ke arah cahaya putih.
Tinggalkan komentar