Pengalamanku Bersama COVID-19

Saya ingin berbagi pengalaman saya di tahun 2020 ini ketika terkena COVID-19 setelah ada beberapa orang yang memintanya. Semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat buat yang membacanya.

Gejala COVID-19 dirasakan secara berbeda-beda oleh kebanyakan orang. Tidak berarti bahwa jika apa yang saya rasakan tidak dialami orang lain maka ia pasti tidak terinfeksi, dan juga sebaliknya, jika ada yang merasakan sesuatu yang tidak saya alami, bukan berarti juga pasti tidak terinfeksi. Gunakan patokan dari laboratorium dan tes COVID-19 yang diakui pemerintah untuk memastikan apakah Anda terkena COVID-19 atau tidak.

Bismillah, saya mulai kisah saya di bulan September 2020 lalu..

Gejala awal di 15 Sep 2020

Gejala awal yang saya rasakan bermula dari tanggal 15 September 2020 malam, kala itu saya mulai batuk (kering tanpa dahak) dan demam cukup tinggi. Saya izin tidak masuk kantor dari tanggal 16-18 September 2020. Mulai 16 September 2020, saya meminta istri saya untuk tidur bersama anak saya yang paling kecil, untuk berjaga-jaga. Meski saya hanya kena flu sekalipun, di kala pandemi ini jangan sampai tubuh kena penyakit apapun. Jadi better safe than sorry. Istri saya yang tidak pernah tidur terpisah, menengok saya di malam hari memastikan saya tidak kenapa-kenapa.

Hampir setiap malam dari 16 – 18 September 2020 saya mengalami demam. Begitu demam saya langsung minum paracetamol. Suhu 39 derajat C menurun. Namun tiap malam terus begitu. Selain itu saya mengkonsumsi habbatus sauda dan vitamin C.

Hari Sabtu, 19 Sep 2020, saya dan anak pertama saya melakukan Rapid Tes di Kimia Farma Pamulang. Hasilnya NON REAKTIF. Saya sungguh lega saat itu. Hingga Minggu malam, demam saya masih ada, dan batuk tidak kunjung reda meski saya sudah minum beberapa obat batuk.

Senin pagi saya ke kantor karena tidak enak sudah tiga hari tidak masuk dan hasil rapidnya NON REAKTIF. Saya izin ke atasan untuk ke RS Gandaria dekat kantor untuk memeriksa mengapa batuk saya masih belum reda juga. Di sana saya disarankan untuk SWAB, namun karena baru Sabtu kemarin saya masih NON REAKTIF, saya minta obat saja dulu kepada dokternya, obat batuk dan penurun panas. Sepulang dari RS, saya diminta istirahat di rumah oleh atasan.

Dari 21-24 September, obat antibiotik sudah hampir habis, demam dan batuk saya masih ada. Akhirnya saya cek darah lengkap agar saya tahu ini demam tiap malam apakah karena tipus atau bukan. Saya berharap kena tipus saja daripada COVID-19. Qadarullah, ternyata, tipus saya negatif. Saat itu saya minta rujukan dokter (di RS Permata Pamulang) untuk tes SWAB di lab. Saya dapat jadwal Jumat paginya jam 9:00 WIB.

Jumat, 25 September 2020 pagi, setelah subuh badan saya panas sekali. Akhirnya istri mengajak saya langsung ke RS Permata ke UGD sekalian akan diswab paginya. Minggu malam hasil SWAB saya keluar, dan qadarullah, saya POSITIV COVID-19.

Demam 39 derajat di RS Permata Pamulang

Saya langsung update atasan di kantor, melapor ke ketua RT yang langsung diteruskan ke Gugus COVID di RW, bahwa saya positif. Pak RT menawari saya untuk karantina di Tandon Ciater, karena tempat itu dijadikan Wisma Atlet buat kawasan Tangsel. Saya menolak karena khawatir batuk dan demam saya kurang mendapat perhatian jika hanya karantina bukan di rumah sakit.

Tanggal 28 September, Senin malam, sebelum saya dapat kepastian RS, saya konsultasi di salah satu aplikasi kedokteran, dan saya ceritakan semuanya. Saya mendapat resep dan salah satu obatnya Azithromycin. Oseltamivir juga diresepkan, sayang tidak tersedia di apotek yang bekerja sama dengan aplikasinya. Selain itu saya juga mendapat Dumin (paracetamol) dan Longatin untuk batuk saya. Alhamdulillah, setelah minum Azithromycin, saya mengalami malam pertama dari 15 September tanpa demam. Saya tidak tahu apa ini berkaitan langsung atau tidak, namun itu yang berbeda yang saya minum ya itu yang membuat demamnya hilang.

Saya bersyukur ada tetangga yang membantu saya sehingga bisa masuk ke RS Sari Asih Ciputat dan langsung bisa mendapat kamar di Selasa, 29 September 2020. Kamar isolasi COVID diletakkan di basemen, saya waktu itu berenam di ruangan yang cukup besar. Pria dan wanita dicampur berbagai usia, dari 20-an hingga manula. Dari semua penderita, selain saya ada satu penderita lain yang masih hampir seumuran, gejala kami tidak terlalu berat. Lainnya saya amati cukup berat.

Menjelang tengah malam, ada pasien wanita yang butuh air panas dan mengatur suhu AC-nya. Saya yang merasa paling fit di antara penderita, membantu menyediakan air panas dan menyesuaikan suhu AC ruangan. Malam pertama itu, saya merasa bersyukur bahwa meski terkena COVID-19 saya masih bisa bermanfaat bagi penderita yang lebih parah.

Begitu berita tersebar saya terkena COVID-19, banyak yang memberikan bantuan. Ada yang mengirimi buah-buahan dari kantor, tetangga mengirimkan makanan, ada yang mengirimkan propolis, bahkan direksi mengirimkan obat Cina yang dikenal bisa mengurangi gejala penyakit ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka semua.

Kamar tempat saya dirawat di RS Sari Asih Ciputat

Lima hari dirawat, saya kembali diswab, dan hasilnya negatif. Saya sungguh bersyukur dengan hal ini. Pada waktu itu saya mengira bisa diperbolehkan pulang, namun ternyata saya harus menggenapkan dua minggu di rumah sakit. Anehnya, beberapa hari sebelum pulang saya diswab kembali, hasilnya kembali positif. Kata dokter, meski masih positif sudah tidak berbahaya. Semua pasien yang pulang setelah dua minggu rupanya tetap diminta menjalani dua minggu lagi isolasi mandiri di rumah sepulangnya dari rumah sakit. Alhamdulillah semua biaya ditanggung pemerintah.

Dua minggu diisolasi dalam ruang bawah tanah bersama penderita lainnya membuat kami jadi saling menguatkan dan saling berbagi, baik cerita maupun makanan yang dikirim oleh keluarga kami masing-masing.

Salah satu penderitanya ada juragan kelapa pemasok rumah makan padang di Jakarta dan sekitarnya. Bertahun-tahun ia bekerja keras menyiapkan santan agar kita bisa makan rendang dengan nikmat, kini ia dipaksa beristirahat. Semua bisnisnya diserahkan ke anak perempuannya sementara. Ia sempat bercerita mengenai masa mudanya, dari bisnis pisang sampai berjualan santan.

Ada juga juragan kaos dari Cilacap, ia langsung membuatkan kaos bertuliskan SURVIVOR di bagian depan, dan PENYINTAS COVID di bagian belakang. Ia membuatkan kaos untuk kami berenam. Kami sempat berfoto bersama dan fotonya sempat viral di kalangan para perawat dan dokter di sana.

Kaos penyintas COVID

Anak-anak dan istri saya juga diswab oleh Puskesmas, alhamdulillah, karena dari hari pertama gejala muncul saya mengisolasi diri, semua hasilnya negatif. Pak RT menjamin, apapun yang kami perlukan akan mereka bantu belikan. Sungguh begitu baik tetangga di sekitar kami.

Beberapa hari setelah pulang dari RS, adik ipar saya memberikan informasi mengenai obat Qust Al Hindi, yang viral dibagikan secara gratis oleh yayasan yang dipopulerkan oleh Ustad Adi Hidayat. Syaratnya cukup memfoto bukti positif COVID-19 dan mengirimkan alamat rumah, langsung saya dikirimi obat ini beserta habbatus sauda. Cukup diseduh dengan air panas lalu dicampur habbatus sauda dan madu bisa langsung diminum setelah didiamkan satu menit.

Setelah minum ini batuk saya alhamdulillah berangsur menghilang

Saya tidak tahu dulu kena di mana. Protokol COVID-19 saya jalankan dengan patuh. Naik KRL mengenakan baju panjang dan masker. Kadang mengenakan face shield juga. Di kantor juga mengenakan masker. Aktif cuci tangan dan menggunakan hand sanitizer. Namun bila Allah SWT sudah berkehendak, bila kita diuji dengan sakit, maka kita akan sakit juga. Itu juga mengapa para nakes juga meski sudah ekstra hati-hati masih bisa kena juga. Donald Trump itu bisa dibilang orang nomor 1 di negara adidaya. Protokol kesehatannya pasti luar biasa. Masih kena juga. Atlit yang olahragawan macam Ronaldo, Kevin Durant, dan Valentino Rossi juga kena. Tom Hanks, Hugh Grant, Olga Kurylenko, dan Idris Elba, semuanya juga kena COVID-19. Para ulama kita juga kena, Ustaz Aa Gym dan Ali Jaber juga mengalami hal yang sama.

Dari pengalaman berbagi bersama penderita COVID-19, rata-rata gejala yang mayoritas alami adalah demam tinggi lebih dari tiga hari. Sisanya ada yang batuk kering, ada yang mual-mual, ada yang hilang penciuman (sebagian maupun sepenuhnya), ada yang kena ruam kulit, ada yang sesak napas, ada yang hilang nafsu makan, dsb.

Saya sendiri hanya mengalami batuk dan demam. Saya mengalami penurunan penciuman, namun tidak hilang sama sekali. Saya tidak mengalami sesak napas, saturasi oksigen saya selalu sekitar 94-98. Nafsu makan saya bagus sekali ketika di rumah sakit. Selama dua minggu mendapat kiriman makanan dari rumah yang dipesankan istri tercinta.

Dari beberapa saudara dan orang yang saya dengar meninggal dunia karena COVID-19, sebagian besar dari mereka memiliki penyakit comorbid atau penyakit bawaan yang memang berbahaya, misalnya gagal ginjal, asma, bronchitis, diabetes, dan sebagainya. Mereka yang punya penyakit bawaan ini memang harus ekstra hati-hati dalam beraktivitas untuk mencegah tertular. Adik nenek saya juga meninggal karena sering ke RS untuk menemani suaminya kontrol. Walhasil kakek pulang dari RS, nenek malah dirawat karena COVID-19, dan dimakamkan secara prokes tanpa disaksikan kakek. Sungguh menyedihkan.

Yang menarik, saya 6 kali swab, hasilnya selalu bergantian positif, negatif, dan seterusnya. Ini saya tidak mengerti apakah dalam pengujian ada kesalahan atau saya kembali tertular varian virus yang berbeda, ataukah virus dalam tubuh masih ada meski melemah, dan menguat lagi ketika daya tahan tubuh lemah. Namun setelah negatif yang pertama saya tidak lagi mengalami demam maupun batuk. Bisa jadi yang terdeteksi adalah bangkai virusnya, seperti yang dialami Pak Anies Baswedan di artikel ini.

Jika Anda mengalami demam lebih dari tiga hari dengan atau tanpa batuk, saya sarankan tes Rapid Antigen atau Swab PCR sekalian. Tidak usah panik bila positif, terima saja ini bagian dari ujian Allah SWT. Pasti ada hikmah positifnya. Semakin kita ikhlas menerima dan terus berikhtiar sambil berdoa untuk cepat sembuh, maka daya tahan tubuh kita juga semakin baik. Bila malas ke dokter di rumah sakit, konsultasi lewat aplikasi saja. Sudah banyak aplikasi yang menyediakan konsultasi chatting dengan dokternya. Kita bisa kirim foto untuk dianalisis dokternya. Resep online bisa dibuat langsung dan obatnya bisa langsung diantar. Jika ada demam dan saturasi oksigen berkurang, jangan diremehkan. Konsumsilah obat dan multivitamin agar imun kita bertambah kuat.

Semoga vaksin yang sekarang sudah diimpor pemerintah bisa bermanfaat tanpa efek samping, khususnya buat para pahlawan kita di garis depan, para nakes dan petugas yang berhadapan langsung dengan masyarakat umum.

COVID-19 adalah ujian dari Allah SWT. Yang menyembuhkan juga Allah SWT. Tubuh dan ruh kita juga dari Allah SWT. Jika Allah SWT mengizinkan kedua makhluk saling berinteraksi, maka kita harus ikhlas menerima, karena ada hikmah di baliknya. Mungkin Allah SWT rindu doa kita. Mungkin Allah SWT ingin menguji sakit setelah memberikan nikmat sehat begitu banyak. Kasus terburuk pun, kita berjumpa dengan Dzat yang menciptakan kita. COVID-19 adalah jawaban bahwa sepintar-pintarnya manusia, ada Dzat yang lebih kuasa untuk memberikan ujian. Satu pandemi lewat di masa depan bisa saja terjadi kembali. Yang sama adalah ujiannya. Kita diuji kesabaran dengan berbagai kesulitan yang muncul. Kita diuji berempati dengan sesama. Kita juga diuji untuk tetap menjaga kesehatan bersama.

Demikian apa yang bisa saya bagikan, semoga ada manfaatnya. Jika ada hal terkait pengobatan, silakan konsultasikan pada ahlinya secara langsung.

Hasil swab saya terakhir 29 Nov 2020
Ini hasil Rapid Antigen tanggal 30 Desember 2020 (info pribadi saya tutup)

Update 17 Juni 2021: Alhamdulillah pagi ini sudah divaksin AZ di Gbk Tennis Indoor.

Mengantri vaksin
Para petugas vaksinasi
Bersama teman kantor, bahagianya telah divaksin

11 tanggapan untuk “Pengalamanku Bersama COVID-19”

  1. Bawangijo Avatar

    Alhamdulillah udah sembuh covid. Teman2ku di kantor jg ada yg positif dan alhamdulillah udah pada sembuh. Covid ni ngeri banget, gak keliatan musuhnya. Semoga kita selalu sehat dan selamat di masa pandemi ini, amin.

    Suka

    1. wisnuwidiarta Avatar

      Aamiiin.. iya musuhnya kecil mungil wkwkwk

      Suka

  2. Penulis Catatan Avatar

    Puji Tuhan sudah sehat dan keluarga selalu sehat..

    Selamat Tahun Baru, Pak Wisnu..
    Sukses selalu dan sehat selalu buat Pak Wisnu dan keluarga

    Suka

    1. wisnuwidiarta Avatar

      Terima kasih banyak Om Yohan

      Suka

  3. Deva Devinta Avatar
    Deva Devinta

    Alhamdulilaahhh pas wisnuu sudahh sehatt, sehat2 terus pak wisnuu dan keluargaaa 😊

    Suka

    1. wisnuwidiarta Avatar

      Alhamdulillah… Makasih banyak Mbaaak

      Suka

  4. Eddy wijaya Avatar
    Eddy wijaya

    Alhamdulillah Pak Wisnu sudah Sehat, Semoga selalu sehat beserta keluarga tercinta Amin…

    Suka

    1. wisnuwidiarta Avatar

      Alhamdulillah.. suwun sanget Mas Eddy

      Suka

  5. […] penulis sendiri pernah mengalaminya di bulan September tahun lalu seperti yang pernah dituliskan di sini, mari kita perketat protokol kesehatan lebih keras […]

    Suka

  6. faridachmad1702199 Avatar

    Semoga Mas Wisnu dan keluarga sehat-sehat ya…

    Suka

    1. wisnuwidiarta Avatar

      Terima kasih banyak Mas

      Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

I’m Wisnu Widiarta

Welcome to My Untold Contemplation blog, my cozy corner of the internet dedicated to all of my activities in social activities, outdoor sightseeing, watching movies, playing board game, and photography. If you share my interests, please connect or share your thoughts in my posting.

Let’s connect