Orang bilang aku playboy. Suka gonta-ganti pacar. Persetan omongan orang. Kalau sudah tidak cocok, untuk apa hubungan diteruskan? Kamu juga gitu, kan? Begitu hubungan sudah tidak produktif, au revoir. Biar wajah pas-pasan gini, sudah puluhan wanita aku kencani. Setiap kali aku jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan mereka, aku pelajari sifat mereka berdasarkan zodiaknya masing-masing.Lanjutkan membaca “Prompt #132: Wanita-wanitaku”
Arsip Tag:monday flash fiction
Prompt #130 dan #131: Perempuan Horor
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Telah meninggal dunia Pak Ramdani tadi malam.” Suara marbot mesjid mengagetkan Budi yang sedang duduk di depan teras sambil menikmati pisang goreng buatan istrinya. “Bu, Pak Ramdani meninggal dunia.” “Wah.. mendadak sekali ya. Kemarin saya lihat ada perempuan berbaju merah datang ke rumahnya. Beliau tampak sehat-sehat saja lho, Pak.”Lanjutkan membaca “Prompt #130 dan #131: Perempuan Horor”
Prompt 128: Hubungi Romlah
“Bu, saya mau minta tolong.” kata Amran perlahan. “Apa masalahmu?” tanya seorang wanita di depannya sambil mengunyah sirih. “Saya jatuh cinta dengan teman sekantor saya. Tapi saya takut ditolak, Bu. Ibu bisa bantu saya?” “Mudah itu. Kamu bawa fotonya?” “Saya bawa. Ada di hp saya.” Amran menyerahkan iPhonenya kepada dukun pelet itu. Tak berapa lamaLanjutkan membaca “Prompt 128: Hubungi Romlah”
Prompt #123: Suara Ketukan di dalam Gudang
Parto terbangun dari tidur karena suara ketukan di gudang rumahnya. Apa yang sebenarnya terjadi?
Prompt #113 – Sepotong Cinta dalam Sekuntum Mawar Peach
“Selamat Siang Pak Agus. Boleh minta izin untuk wawancara?” “Siang. Anda siapa?” tanya Agus setengah kaget di tempatnya beristirahat di siang yang cukup panas itu. “Saya Randi dari Jawa Pos tertarik dengan kisah Bapak. Kalau Bapak tidak berkeberatan saya ingin memuat kisah Bapak di kolom khusus media kami.” “Baiklah. Saya mulai dari mana ya?” “TerserahLanjutkan membaca “Prompt #113 – Sepotong Cinta dalam Sekuntum Mawar Peach”
Prompt #109 – Suatu Hari di Kembara Kala
“Selamat datang di Stasiun Kembara Kala. Ada yang bisa kami bantu?” tanya seorang penjual tiket kereta. “Satu tiket Mas.” jawab Kelana. “Tujuan?” “Kota Tegal, 23 tahun lalu, posisi latlong 6°52’01.9″S 109°08’33.4″E, pukul 16:00 WIB.” “Satu kali jalan, atau return?” “Satu kali jalan saja. Nanti tiket kembali saya beli dari sana.” Kelana sengaja meminta kedatangan diLanjutkan membaca “Prompt #109 – Suatu Hari di Kembara Kala”
Prompt #110 – Surga Dunia
“Dina, mau tidak bertemu Ibu?”, tanya Ian kepada putrinya pada suatu hari libur setelah mereka selesai sarapan. “Bukankah.. Ibu sudah lama di surga, Yah?” “Karena izin Tuhan, kita bisa bertemu kembali dengan Ibumu.” “Benarkah? Ayah tidak sedang berbohong, kan?” “Tidak, sayang. Mari kita temui Ibu di Rumah Sakit.” “Horeeeee!!! Aku kangen sekali sama Ibu!!” teriakLanjutkan membaca “Prompt #110 – Surga Dunia”
Prompt #108 – Karma
“Rara, cepat pakai sepatumu. Nanti kamu terlambat ke sekolah!” “Baik, Ma!”, jawab anakku sambil mengambil sepatunya. Aku selalu menyembunyikan perasaaanku setiap kali melihat senyumnya yang manis. Persis seperti senyum ayahnya. Matanya yang tenang dan menghanyutkan adalah duplikat yang sempurna. Hati ini selalu sesak bila teringat hari ketika ayahnya pergi dari kehidupanku untuk selamanya. Kalimat terakhirnyaLanjutkan membaca “Prompt #108 – Karma”
Prompt#107 – Dompet Simalakama
“Bang! Bang! Stop bentar Bang!” kataku pada Abang Gojek yang kunaiki. Aku turun nyaris melompat dari motor dan segera berlari beberapa meter di belakang motor. Kupungut dompet dari jalan yang terkena cipratan lumpur beceknya jalanan. Sesampainya di rumah kulihat-lihat isi dompet yang baru kutemukan tadi. “Dompet siapa itu, Wan?”, tanya ibuku dari sofa. “Nggak tahu,Lanjutkan membaca “Prompt#107 – Dompet Simalakama”