Garuda di Dadaku

Rayyan, Willia, and Me

Seumur hidup, baru kali ini aku niat nonton sepak bola. Aku gak benci sepak bola, hanya saja tidak terlalu hobi mengikutinya. Kalau piala dunia biasanya selalu nonton, terutama finalnya. Berbeda halnya dengan kalau timnas kita main, tidak pernah sekalipun menonton mereka. Berbeda dengan kali ini. Timnas sekarang membuahkan kemenangan dalam pertandingan berturut-turut dan membuat bangga diriku yang selama ini merasa malu jadi bagian negara terkorup, paling tidak profesional, tidak amanah, dan bangga dengan pelecehan terhadap keadilan.

Siang sebelum final, saya bersama seorang rekan menyempatkan membeli kaos “sakral” merah berlambangkan Garuda Pancasila yang kesaktiannya makin memudar dan bertuliskan di punggungnya “INDONESIA”. Negara pengekspor TKI, negara pengimpor beras (juga beras ketan), negara perusak hutan, negara penyedekah asap, negara yang dicintai bencana alam, negara perampok rakyat, dan sebagainya. Menyandang nama Indonesia ketika berada di luar negeri selalu dengan rasa malu. Dilecehkan, direndahkan, dan tidak dihargai. Bali yang terkenal dengan surga liburan juga banyak yang tidak mengenal sebagai bagian dari Indonesia. Karenanya, ada kerinduan yang membuncah untuk bangga sebagai Bangsa Indonesia. Pengaturan bahasa di Facebook saya ganti jadi Bahasa Indonesia. Meski jujur banyak istilah komputer yang masih kaku untuk dibakukan dan kurang intuitif dipergunakan dalam percakapan sehari-hari. Nah.. kehadiran timnas Garuda ini yang mewakili kerinduanku. Mereka seperti mewakili generasi yang menerobos tembok hina dina yang melahirkan harapan yang membanggakan! Menjadi yang terbaik di Asia Tenggara dalam hal sepak-menyepak bola. Sementara ada sebagian orang yang menganggap sepakbola hanya sebagai hiburan belaka, bagi saya tidak hanya itu. Firman Utina, Gonzales, Irfan, Bustomi, Nasuha, Ridwan, dan lainnya adalah pahlawan harapan rakyat kecil macam aku ini. Mereka rela berlari-lari menggocek bola, terbanting, tersikut, tertendang, dihujat ketika kalah, dieksploitasi ketika menang hanya demi lagu Indonesia Raya berkumandang bersanding dengan piala kemenangan, simbol bangkitnya Garuda di mata Internasional!

Meskipun akhirnya Indonesia tidak menjuarai piala AFF, namun timnas memenangkan hati bangsa! Mereka adalah wakil rakyat sesungguhnya! Merekalah yang mewakili kerinduan kebanggaan kepada bangsa! Hidup TIMNAS!! Teruslah rendah hati dan belajar dari Malaysia maupun negara lainnya! Teruslah bermain lebih baik dan membawa nama harum bangsa. Siapa tahu perampok berdasi di negeri ini luluh hatinya melihat jatuh bangun kalian!!

Diterbitkan oleh wisnuwidiarta

Hi, my name is Wisnu Widiarta. I am a movie lover and love traveling especially camping and doing outdoor activities. Coding and problem solving in general are things I love as well.

4 tanggapan untuk “Garuda di Dadaku

  1. kalau saya pribadi mas …
    satu sisi tidak bangga dengan sebutan negara terkorup ….
    satu sisi lagi bangga atas kerja keras timnas kemarin ..
    sungguh dilema 😀

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: