Terkait dengan project besar yang aku tangani saat ini di kantor, terpaksa lebaran kali ini tidak mudik. Untungnya, sehari sebelum lebaran bisa libur, jadi bisa berbuka puasa terakhir di Ramadhan 1431 H ini bersama keluarga. Setelah membayar zakat fitrah di Mesjid Al Azhar dan berbuka dengan ta’jil yang disediakan, kami memilih berbuka puasa bersama di Pizza Hut. Rayyan, anak pertama kami, menyukai chicken wings dan pizza di sana. Alhamdulillah, hujan turun menemani kami berbuka, meneduhkan hati dan jiwa kami yang menuntaskan puasa Ramadhan.
Rayyan tahun ini berusia 7 tahun dan sekarang duduk di kelas 2 SD. Pada hari pertama puasa, sepulang kerja aku menanyakan status puasanya. Ternyata jam 12 siang ia mengaku minum segelas air putih karena merasa sangat haus. Aku agak kecewa sebenarnya, karena berharap ia akan kuat sampai maghrib. Akhirnya aku menggunakan pendekatan reward untuk membuktikan bahwa sebenarnya dia kuat.
“Kakak, mulai besok kalau kakak haus lagi dan buka jam 1 siang, Ayah akan kasih hadiah 1000 rupiah. Kalau buka jam 2, akan ayah kasih hadiah 2000 rupiah. Kalau sampai maghrib jam 6, kakak akn mendapat 6000 rupiah. Tapi kalau kakak buka jam 12, kakak akan mendapatkan 0 rupiah.”
Dengan pendekatan ini 29 hari sisanya, Rayyan berhasil menuntaskan puasanya hingga pukul 6 sore! Dia mengatakan sebenarnya dia tergoda untuk berbuka jam 2 atau jam 4. Namun mengingat kalau sampai jam 6 hadiahnya 6000, maka ia tuntaskan puasanya. Kini dia telah mengetahui bahwa jika mau dan ada motivasi maka ia sebenarnya kuat menjalani puasa hingga sore hari. Setelah memberikan hadiah, aku menantangnya dengan hadiah yang jauh lebih besar.
“Kakak, ternyata kakak kuat kan, berpuasa hingga sore hari, selama sebulan lamanya? Nah Ayah ingin Kakak berpuasa nanti di kelas 2 tanpa hadiah dari Ayah sama sekali. Ayah ingin Kakak hanya berharap pahala dan ridho Allah semata. Karena pahala dan ridho Allah besarnya meliputi luasnya langit dan bumi. Uang Ayah tidak ada apa-apanya. Apakah Kakak siap dengan tantangan ini?”
“Insya Allah, Yah. Kakak ingin dapat pahala dari Allah yang besar.”
Istriku menambah beberapa kalimat yang menyatakan bangganya kami akan prestasinya kali ini dan berharap tahun depan dapat lolos dengan tantangan yang lebih besar.
Aku tambahkan lagi bahwa ia menghargai bulan puasa ini seperti ia menghargai namanya sendiri, Muhammad Rayyan Ramadhan. Aku berharap ia menjadi anak terpuji yang dapat memasuki surga Allah SWT melalui pintu Ar Rayyan.
“Sesungguhnya di dalam Surga terdapat sebuah pintu yang disebut Ar-Royyan. Orang-orang yang rajin berpuasa akan masuk Surga melewatinya pada hari kiamat nanti. Tidak ada orang yang memasukinya selain mereka. Diserukan kepada mereka, ‘Manakah orang-orang yang rajin berpuasa?’. Maka merekapun bangkit. Tidak ada yang masuk melewati pintu itu selain golongan mereka. Dan kalau mereka semua sudah masuk maka pintu itu dikunci sehingga tidak ada lagi seorangpun yang bisa melaluinya…” (HR. Bukhari [1896] dari Sahl radhiyallahu’anhu).