Judul Buku : Keikhlasan dalam Paparan Al-Quran
Judul Asli : Sincerity Described in The Qur’an
Pengarang : Harun Yahya
Penerjemah : Aminah Mustari, Irsan Hamdani
Penyunting : Dadi M. Hasan Basri
Tebal : 220 halaman (tinggi 19 cm)
Penerbit :PT Senayan Abadi
Buku ini berisi tentang definisi orang yang benar menurut Al Quran, tipu daya setan untuk menghancurkan keikhlasan orang-orang yang beriman, cara-cara memperoleh keikhlasan, dan menghindari sikap-sikap yang mengurangi keikhlasan. Buku ini ditulis dengan harapan dapat mengingatkan mereka yang gagal menjalani hidup mereka hanya untuk keridhaan Allah, bahwa semua usaha mereka akan sia-sia.
memenuhi perintah Allah tanpa mempertimbangkan keuntungan pribadi
atau balasan apapun
…bukanlah kerja keras, bukan kelelahan, bukan pula mencapai penghormatan atau cinta dari orang lain yang disebut sebagai kriteria keunggulan, melainkan keyakinan mereka akan Islam, amal baik yang mereka kerjakan untuk mendapatkan keridhaan Allah, dan niat baik mereka yang terpelihara dalam hati…
Hal ini ditegaskan dalam Al Quran pada surat Al Hajj [22] ayat 37:
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
Lalu apa definisi keikhlasan menurut beliau? Keikhlasan berarti memenuhi perintah Allah tanpa mempertimbangkan keuntungan pribadi atau balasan apapun. Seseorang yang ikhlas akan berpaling kepada Allah dengan hatinya dan hanya ingin mendapatkan ridha-Nya atas setiap perbuatan, langkah, ucapan, dan doanya. Jadi, ia benar-benar yakin kepada Allah dan mencari kebajikan semata.
Setelah dipikirkan secara seksama, ternyata umur keikhlasan dalam suatu amal ibadah tidaklah kekal. Boleh jadi seseorang ikhlas dalam beribadah, namun ibadahnya dihancurkan oleh riya di kemudian hari. Riya bisa terjadi langsung, bisa juga bertahun-tahun kemudian setelah ibadahnya sudah lama dilakukan. Hal ini bisa terjadi karena setan selalu membisikkan dorongan ke dalam hati manusia agar melakukan riya. Hal ini juga diingatkan oleh Allah SWT dalam Al Baqarah [2] ayat 264 :
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”
Harun Yahya memberikan beberapa poin penting dalam bab II yaitu:
· Berpaling kepada Allah dengan penyesalan dan keikhlasan dalam niat dan perbuatan, tidak hanya di saat sulit, namun dalam setiap detik kehidupan
· Percaya kepada Allah dengan menunjukan pengabdian yang tinggi
· Selalu berusaha memurnikan keikhlasan
· Berikhtiar berjamaah dan melakukan perbuatan baik secara istiqomah
Pada bab III Harun Yahya menjelaskan bagaimana setan berupaya sekuat tenaga agar manusia tidak beribadah atau membangkang secara langsung kepada Allah. Sesuai dengan tingkat keimanan manusia yang digodanya, setan menggunakan berbagai cara. Untuk manusia yang paling lemah imannya, mereka dapat dengan mudah dibujuk untuk meninggalkan perintah Allah dan melakukan laranganNya. Namun bagi manusia yang lebih tinggi tingkatan keimanannya, bujukan untuk serta merta meninggalkan perintah Allah dapat dengan mudah ditepis. Cara yang digunakan setan adalah menghancurkan ibadah mereka dengan godaan takabur (sombong), ujub (berbangga diri), dan riya (pamer).
Pada bab IV, beliau menjelaskan cara-cara memperoleh keikhlasan yaitu:
· Menumbuhkan rasa takut kepada Allah dan tidak takut kepada selain Allah
· Berjuang sekuat-kuatnya demi keridhaan Allah
· Mengharapkan balasan hanya dari Allah
· Membebaskan diri dari perkataan orang lain dan hanya mencari ridha Allah
· Menguatkan hati nurani
· Memahami bahwa dunia ini hanya sementara
· Memikirkan kematian dan hari pembalasan
Pada bab V, beliau memaparkan cara untuk menghindari sikap-sikap yang mengurangi keikhlasan yaitu:
· Menghilangkan kejahatan hawa nafsu dan tidak tertipu padanya
· Lebih menyukai jiwa mukmin lainnya daripada jiwanya sendiri
· Menghalau kekikiran dan kecemburuan dengan cara berpikir selalu tentang akhirat
· Menyingkirkan kesombongan
· Menahan diri dari kemunafikan
· Meninggalkan ambisi untuk memperoleh kekuasaan dan jabatan
Harun Yahya memaparkan tentang keikhlasan dalam buku ini dengan diperkuat ayat-ayat Al Quran, dan cukup banyak mengutip dari buku-buku karya Badiuzzaman Said Nursi. Tampak sekali bahwa Badiuzzaman adalah orang yang sangat berarti bagi Harun Yahya. Bab terakhir, ada bab esktra yang berisikan runtuhnya teori evolusi yang mendasari banyak keangkuhan manusia dalam menerima kebenaran akan proses penciptaan Allah SWT. Buku ini akan membuat anda teringat kembali akan amalan-amalan yang telah diperbuat, dan anda akan terkejut, bahwa (mungkin) banyak sekali ibadah-ibadah, yang kurang nilai keikhlasannya, atau bahkan tidak ikhlas sama sekali. Selamat becermin.