Akhirnya,
selesai juga baca tiga memoar Andrea Hirata dari tetraloginya.
Pertama yang kubaca adalah Laskar Pelangi. Baru membaca beberapa bab,
dipinjam client pas membaca di sana. Seorang ibu-ibu yang naksir
Laskar Pelangi. Ya udah.. nggak tega nggak minjemin…
Sementara menunggu dikembalikan, aku memulai Sang Pemimpi. Benar-benar dikocok
habis perutku oleh humor yang dibawakan Andrea dengan baik. Aku tahu
bahwa Arai adalah lelaki pelindung Ikal. Mereka sering bersama dalam
keadaan hidup maupun nyaris mati. Tertawa berdua, menangis bersama.
Arai bahkan lebih penting dari saudara kandung Ikal. Satu hal yang
aku tidak mengerti sampai kini.
Hanya satu abang yang diceritakannya di penghujung Laskar Pelangi, itupun
yang disebut namanya hanya keponakannya, Eryn. Benar-benar membuatku
penasaran. Dari sekian banyak abang kandungnya, kenapa ia tidak
ceritakan sama sekali? Ada beberapa kemungkinan. Mereka tidak terlalu
dekat, atau kedekatan mereka tidak menarik untuk diceritakan.
Lintang adalah salah satu hal yang menyesakkan dada. Meski ia tidak dapat
mendapatkan pendidikan tinggi, tapi ia menjadi pahlawan keluarganya.
Dan Allah tidak menyia-nyiakan jihadnya.
Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor adalah kisah memoar Andrea Hirata
yang menarik untuk dibagi kepada orang lain. Sebenarnya saya yakin
banyak kisah ajaib seperti kisah Andrea yang berakhir membahagiakan
di bumi pertiwi ini. Namun tidak semua dapat menuliskannya menjadi
sebuah karya sastra menarik, dengan mutiara kehidupan di setiap akhir
babnya. Andrea dengan kesusahan hidupnya, membuatnya banyak merenungi
kehidupan, dan mengambil hikmah dari setiap kejadian. Mungkin A Ling
salah satu pemicunya. Seluruh mutiara itu ia tuliskan dengan latar
belakang kehidupan Belitong, yang tidak semua orang di Indonesia
mengetahuinya.
Beberapa tulisannya nyaris membuatku menitikkan air mata, terutama hubungan
khusus Ikal dengan ayahnya. Cintanya kepada ayahnya begitu besar.
Terlihat Ikal lebih dekat dengan ayahnya ketimbang dengan ibunya.
Hal lain adalah ketika Ikal menjemput Arai kecil, si Simpai Keramat.
Dari ketiga buku itu, Sang Pemimpi paling kocak. Jimbron yang gila kuda dan Arai yang tak putus semangat dalam cintanya yang serupa pungguk merindukan bulan merupakan hal yang menarik.
Saat ini Sang Pemimpi dibawa Ibuku ke kampung untuk dibaca. Laskar Pelangi akan dipinjam teman istriku, dan sekarang sudah dipesan dalam antrian oleh dua wanita lainnya.
Good job, Andrea. Kami menunggu Riri Riza melukiskan keindahan Laskar Pelangi di layar perak, dan menunggu Maryamah Karpov hadir di toko buku.