Penggunaan suara dalam dunia gadget meningkat drastis dalam 10 tahun terakhir. Saya masih ingat salah satu gadget awal saya, Nokia 6210, masih monochrome, sudah mulai menggunakan teknik voice command. Pada awalnya kita merekamkan suara kita untuk kontak kita. Lambat laun kita tidak lagi perlu menyimpan suara rekaman kita sendiri. Gadget generasi berikutnya akan mencoba menerjemahkan suara kita menjadi teks dan teks itu dicari di daftar kontak. Yang tadinya voice matching, menjadi voice recognition. Kita tidak perlu merekam suara kita lagi, namun perlu melakukan kalibrasi di awal penggunaan, supaya proses recognitionnya tidak banyak salah.
Siri, salah satu fitur serupa di iPhone 4S, menggabungkan konsep Natural Language Processing dengan Voice Recognition untuk membantu mengoptimalkan penggunaan gadget melalui suara. Lari pagi bisa sambil mengirimkan sms atau email. Konteks pertanyaan sebelumnya masih bisa diingat. Elipsis istilah linguistiknya. Misal kita bertanya : “Any good pizza restaurants around here?”, Siri akan menjawab “I found a number of pizza restaurants near you.” Kalau kita bertanya lagi : “Hmm. How about burger?” Maka Siri akan mengasumsikan Anda bertanya tentang restoran yang menjual burger. Jadi mirip seperti percakapan natural sehari-hari. Di dunia Android, tidak begitu lama Siri keluar, muncullah Iris (kebalikan dari Siri), sebuah aplikasi yang tersedia di Android store, yang meski belum secanggih Siri, sempat menarik perhatian para Androiders. Tidak cuma itu, di Youtube bersliweran video plesetan Siri, yaitu Simi yang menggunakan dialek Singlish (Singaporean English) yang mengocok perut. Coba intip salah satunya di sini. Siri mengingatkanku pada salah satu dosen favoritku, Hendrik Makaliwe yang mengajarkan topik khusus Kecerdasan Buatan. Salah satu tugasnya adalah membuat aplikasi yang mengubah bahasa natural menjadi SQL, lalu query ke database dan dimunculkan hasilnya. Aplikasi yang dulu kubuat aku buat dengan bahasa C dan Delphi. C digunakan untuk parsing kalimat, dan Delphi untuk ke database dan user interfacenya. Alhamdulillah diganjar nilai A. Aplikasiku bisa menjawab pertanyaan: Film apa yang diputar di bioskop Pondok Indah? Trus bisa langsung nanya : Kalau di Plaza Senayan? Trus Berapa tarif bioskop yang memutar film yang dibintangi Leonardo diCaprio dan Kate Winslet? Hehehe.. awesome gak? Xixixi..
Aplikasi gratis lain yang meski tidak ada fitur AInya, cukup menarik perhatian pengguna gadget. Vlingo, sebuah aplikasi yang memungkinkan kita memanggil aplikasi dalam gadget, mengirim SMS, Email, bahkan update status Facebook dan Twitter, atau searching web via Google atau Yahoo! Vlingo tersedia di Blackberry, iPhone, Android, Windows Mobile, dan Nokia. Aku simpan nama istriku My Love di Blackberry, sehingga menelponnya cukup dengan berbicara Call My Love at Home. Maka otomatis akan mendial nomor HP istri yang di simpan di field Home. Untuk yang disimpan di Mobile, ganti jadi at Mobile. Mau cari musisi di Jakarta? Gampang! Find musicians in Jakarta Indonesia. Pengen tahu hari ini hujan apa gak? Search weather in Bogor Indonesia. SMS? Send message to Richard Message Are we going to the meeting tonight? Saat ini bahasa yang disupport baru English, Spanish, French, German, dan Italian. Lumayan menarik kalau lagi gelap, ribet ngetik, dan pengen tampil beda. Jadi kalau chatting, bisa reply dengan ngomong ke Vlingo, maka ia akan auto paste ke dialog chatnya. Cool, eh?
So.. when did the last time you talk with your gadget?
wah…. saya nggak pernah mas.
tapi baca tulisan ini jadi pengen coba. saya pake android… aplikasi di ataa teraedia di market kan?
SukaSuka
Yupe. Ada di Android Market.
SukaSuka