
Inilah salah satu film yang paling ditunggu di penghujung tahun 2012. Setelah berkali-kali tanpa bosan menonton trilogi sebelummya, Lord of the Ring, akhirnya aku merasa kini tibalah waktu untuk memuaskan rindu untuk menikmati karya Peter Jackson.
Namun rindu itu mulai meragu. Begitu trailernya muncul, mulai timbul kekhawatiran. Sebuah trailer lebih kurang bisa memberikan bayangan apa yang akan diterima pada filmnya nanti. Ada 13 kurcaci yang sangat mirip akan berpetualang. Wah butuh info ekstra untuk mengenali karakter masing-masing. Adegan laganya juga tampak kurang seepik LOTR. Terus terang aku merasa Hobbit tak akan sehebat LOTR hanya dengan menonton trailernya.
Akhirnya datanglah Desember 2012. Menjelang tayang, aku membeli bukunya di Gramedia. Setiap hari gelantungan di kereta dan menunggu di stasiun aku baca hingga tepat 1 hari sebelum tayang, aku selesai membaca bukunya. Dari ceritanya, filmnya sangat jauh dari kompleks, dan tidak menawarkan makhluk baru apapun dibandingkan cerita yang ada di LOTR, kecuali Sang Naga Smaug. Meskipun demikian, Peter Jackson adalah salah satu sutradara favoritku. Guillermo del Toro yang membesut Pan’s Labyrinth dan Hellboy duduk sebagai cowriter cerita ini. Tak mungkin aku melewatkannya bukan?
Tanggal 14 Desember 2012 pagi, sambil bergelantungan di KRD menuju kantor aku membeli tiket The Hobbit via MTIX dengan iPad. Pertunjukan 19:45 berarti masih sempat dinner di Eat and Eat dan bakalan selesai sebelum jam 11 malam, masih sempat mengejar kereta Commuter Line terakhir dari Kebayoran Lama, yang tidak jauh dari Gandari City.
Setelah menyaksikan filmnya, temponya berjalan cukup lambat. Filmnya dibuat sangat patuh dengan bukunya, sedemikian hingga banyak yang tidak penting untuk divisualisasikan dalam film ini dimunculkan. Adegan awal antara 13 kurcaci dengan Bilbo Baggins si Hobbit untuk mengajaknya dalam petualangan merebut kembali rumah mereka terlalu panjang. Adegan dengan Troll meski cukup diringkas juga lumayan menyita banyak waktu. Pertemuan mereka di Rievendel rumah para Elves juga mengambil porsi yang tidak sedikit. Menurut saya film ini bisa dipadatkan menjadi 2 saja, tidak perlu trilogi. Kalau cuma 1 mungkin akan menghilangkan banyak kisah penting. Tetapi dibuat menjadi 3? Terlalu mengulur-ulur. Saya berpikir sepertinya Peter Jackson tergoda seperti kakek Thorin yang gila emas. Alih-alih memberikan kisah seepik LOTR ia mengulurnya menjadi 3 bagian untuk mendulang emas via tiket dan merchandisenya.
Setelah menontonnya di IMAX 3D dan tidak merasa 3Dnya sangat menolong ceritanya, besoknya saya kembali mengajak keluarga untuk menontonnya di 2D biasa.
Tips untuk menonton:
- Tidak harus menonton 3Dnya, atau IMAXnya. 2D juga OK
- Bawa selundupan makanan dan minuman karena filmnya hampir 3 jam!
- Jangan berharap ceritanya semegah LOTR. Novelnya sendiri untuk konsumsi anak-anak dan remaja.
Skala 10 saya berikan 7 saja. Bagi pecinta LOTR, tentu saja tetap wajib tonton. Buat yang tidak suka LOTR, akan lebih tidak suka Hobbit 🙂
Film ini kekurangan element or surprise, seakan-akan kehabisan wow factor. Hobbits, dwarfs, orcs, trolls, goblins, elves, semuanya dah pernah kita lihat di LOTR. Smaug saja yang belum pernah. Terlalu panjangnya film ini juga menyebabkan kita merasa membaca novelnya saja bisa lebih cepat. Dan kita harus menunggu 3 tahun untuk itu semua…
overall sy setuju mas dengan review nya, awalnya agak datar dan kalau kita sudah baca novel nya pasti akan membandingkannya dgn film. Credit for Peter Jackson yang udh berhasil memberi ‘kehidupan’ pada 13 kurcacinya, kalo di novelnya kan ga ada pengembangan karakternya at all 😀
SukaSuka
Filmnya menarik, tetapi ya itu. Kepanjangan dan secara overall gak ada hal baru di sini.
SukaSuka
Dan..untuk pertama kali ane ‘menyusup’ buat ke toilet, abis emang lama banget.Ya sebenernya sama TDKR tempo hari juga ga beda2 amat durasinya, cuma kalo TDKR ane bilang lama di depan, trus pertengahan sampe akhir stabil serunya..nah kalo The Hobbit ini narasinya aga kedodoran, di depan lama….ntar di tengah ada lagi yg ‘statis’ gitu (bingung pake istilah apa) hehe
Dan..orc-nya itu ‘mengganggu sekali’..secara mereka CGI smua, yah dibandingin LOTR yg orc-nya orang beneran…ya keliatan banget ‘njomplang’-nya
SukaSuka
Meski begitu aku nonton 2 kali. Di imax 3d dan 2d biasa. Yang kedua sama keluarga.
SukaSuka
sebelum nonton LOTR saya suka mainin game yg tokoh2nya mirip dengan yg ada di LOTR.
kalo dari reviewnya…. lebih keren LOTR…. jadi kurang minat mau nonton downloadanya…. *eh
SukaSuka
Exactly. LOTR is LOTs awesome.
SukaSuka