Sabtu pagi kemarin, hari ke-3 dari 4 hari libur panjang, kami sekeluarga belum ada rencana jalan ke manapun. Ada keinginan juga untuk hunting photo, melihat sesuatu yang baru. Kubuka iPadku dan kuhubungkan dengan WiFi di rumah untuk mencari alternatif tempat wisata sekaligus hunting photo yang menarik. Akhirnya dapatlah informasi mengenai air terjun di daerah Bogor. Beberapa situs merekomendasikan Curug Cigamea, terutama situs ini yang membuatku tertarik. Oh ya, sehari sebelumnya sebenarnya sempat booking kamar di Novotel Bandung, karena ingin ke Tangkuban Perahu. Tetapi membayangkan Bandung yang (terbayang) macet dan jauh, akhirnya aku batalkan.
Dua orang asisten yang bekerja di rumah, Mbak Saroh dan Mbak Ijah, aku ajak serta. Aku memperkirakan perjalanan sekitar 4 jam. Jika berangkat jam 10 pagi, maka estimasi jam 2 siang sampai, di lokasi 2 jam, kembali sekitar pukul 20:00. Not bad. That’s the plan. Tidak ada rencana menginap sama sekali. Aku dan Rayyan hanya membawa baju ganti untuk selesai berenang atau berendam di sana. Aila juga hanya membawa beberapa baju ganti dan pampers yang tidak banyak.
Perjalanan aku putuskan melewati Parung. Dari rumah menuju perempatan Victor lalu perempatan pertama belok kiri. Aku lupa padahal bisa melalui Serpong City Paradise, menghemat sedikit kemacetan di perempatannya. Dari hasil pencarian di Internet, intinya adalah aku harus mencari Dramaga (kampus IPB), lalu menuju arah Liuwiliang, Cibatok, belok kiri. Ternyata dari hasil pencarian di Google Maps ada rute yang lebih pendek. Karena belum familiar akhirnya aku memutuskan melewati jalur yang sudah familiar. Klik di masing-masing peta di bawah ini untuk melihat perbedaannya.
Mungkin perjalanan berikutnya bisa mencoba rute via Ciseeng, Rumpin, Putatnutug, Ciampea, Cibadak, Cibatok, Pamijahan yang hanya memakan jarak 50 km. Jadi tidak melewati Parung dan Dramaga yang membutuhkan jarak sekitar 75 km. Jadi bisa menghemat 30% total perjalanan, lebih hemat waktu dan bensin 🙂
Kami berhenti di Rumah Makan Padang di seberang Resto Tahu YunYi di Jalan Raya Parung – Bogor untuk makan siang dan sholat. Jalanan cukup macet arah Warung Jambu dan sempat bertanya sana-sini menuju kampus IPB di Dramaga. Akhirnya sampailah kami di lokasi jam 5 sore. Begitu memasuki gerbang Gunung Bunder, turun hujan lebat. Kami sempat waswas dan agak merinding ketika memasuki hutan yang begitu gelap. Memang aku pernah camping sekitar tahun 1994 sewaktu Malam Kekerabatan di Fasilkom UI dulu. Namun tidak menyangka untuk menuju Curug Cigamea ini harus melewati hutan pinus yang teramat gelap di sore hari dan hujan deras itu. Jalan untuk kendaraan jika dilewati dua mobil yang berpapasan harus sangat hati-hati karena diapit jurang dan tebing.
Waktu sudah sore, keadaan hujan deras. Memaksakan untuk turun ke air terjun dan mengambil foto sia-sia saja karena bisa merusak kamera dan anak-anak sudah tidak mungkin berenang sambil hujan-hujanan dan menjelang maghrib. Untuk turun kembali pulang sangat beresiko karena hari sudah sangat gelap dan aku belum hapal jalanan turun kembali di malam hari. Dalam kondisi seperti ini, sebagai kepala keluarga harus bisa memutuskan yang terbaik untuk semua. Setelah berembug dengan istri, kami memutuskan untuk menginap di villa yang ada di sana. Karena tidak berencana menginap, uang tunai yang aku ambil tidak akan cukup untuk sewa 2 kamar (aku dan istri + dua anak + dua asisten). Mau tidak mau harus mencari penginapan yang menerima pembayaran dengan kartu kredit. Saat itulah aku putuskan menginap di The Michael Resort yang paling menjanjikan dapat menerima kartu kredit. Setelah berbicara dengan penjaganya dan memastikan mereka bisa menerima Visa/Mastercard, aku segera check in 30 menit menjelang maghrib. Aku tidak dapat membayangkan jika harus pulang malam itu juga dalam kondisi hujan deras dan melewati hutan pinus yang gelap.
Makan malam kami pesan untuk disantap di villa yang modelnya disewakan per rumah, dengan rata-rata berisi 2 hingga 3 kamar. Tarif sewa per rumah berkisar antara 1.8 juta – 2.1 juta, tergantung viewnya. Resort ini memiliki luas 2.7 hektar dengan banyak fasilitas seperti sungai pribadi dan akses untuk melihat dari dekat Curug Genthong. Tanah seluas ini ditanami banyak tumbuhan langka yang ada di Indonesia dan indah untuk dilihat. Kontur tanahnya yang dibuat berundak-undak ini membuat penghuninya keringatan naik turun. Tempatnya sangat menyenangkan dan cocok untuk berlibur atau berbulan madu.
Berikut adalah gambar-gambar hasil jepretan di sana dalam bentuk slideshow:
Tips untuk mengunjungi tempat ini:
- Buat DIRECTIONS dari rumah Anda ke Pamijahan via Google Maps. Anda bisa click and drag beberapa jalan yang Anda lebih sukai atau familiar, bandingkan dengan shortest pathnya
- Perkirakan jarak tempuh, pertimbangkan untuk menginap. Jika anggaran di bawah The Michael Resort, pastikan membawa uang tunai cukup untuk makanan dan menginap (antara 400 – 500 ribu per malam)
- Membawa peralatan pemanas air atau kompor portable + indomie + kopi akan menghemat (tenang saja, di sana ada Indomart dan toko kelontong yang menjual pampers dan makanan kecil)
- Bawa payung atau jas hujan, karena sering hujan
- Kunjungi lebih dahulu Curug yang mudah didatangi seperti Curug Ngumpet. Cigamea relatif lebih ramai namun lebih jauh dari pintu gerbangnya
- Ada sekitar 5 curug di sana, termasuk 1 kawasan kawah vulkanik dan 1 pemandian air panas. Sekali sampai bisa mengunjungi beberapa tempat sekaligus
- Parkir mobil 5000 perak, biaya masuk 2000 – 3000 perak per orang
- Bawa tripod jika diperlukan (foto sendiri dengan timer atau untuk shutter lambat)
- Disarankan jika perjalanan Anda jauh, menginap di sana agar lebih puas
Oh ya, pengen tahu pengalaman saya Accidentally in Vacation yang lain? Klik di sini.
Tinggalkan komentar