Beberapa waktu yang lalu saya mengambil cuti kantor untuk mencoba mengenal Makassar. Sebelumnya pernah transit dalam perjalanan ke Ambon di bandaranya saja. Jalan-jalan kali ini yang ingin saya tekankan hanya pada Trans Studio Makassar. Penasaran saja sebenarnya ingin melihat Trans Studi Makassar yang konon menghabiskan dana sekitar 3 triliun rupiah di atas tanah milik Kalla Group.
Sabtu pagi, setelah sarapan di hotel, saya berjalan kaki menuju Mal Panakkukang. Sayang waktu itu belum buka, jadi saya putuskan untuk naik taksi ke Trans Studio. Perjalanan menghabiskan waktu sekitar 25 menit dan saya langsung mencoba masuk ke Trans Studio. Tiket masuknya di hari kerja (Senin – Jumat) adalah 100 ribu rupiah sedangkan pada akhir pekan adalah 150 ribu per orang. Karena menggunakan smart card, maka jika belum pernah membelinya diharuskan membeli kartu yang berlaku seumur hidup dan kena biaya tambahan 10 ribu rupiah. Sebenarnya kita bisa saja di akhir pekan membayar 100 ribu rupiah, namun tidak bisa mencicipi 6 wahana unggulan. Padahal 6 wahana unggulan ini yang paling layak untuk dikunjungi. Saya yang tadinya hanya membayar 100 ribu jadi terpaksa menambah 5o ribu lagi, karena yang ingin saya coba justru 6 wahana itu. Satu-satunya wahana unggulan yang tidak bisa saya coba hanyalah Dragon Tower, yang mirip dengan Histeria di Dufan, karena berat badan saya melebihi kapasitas yang diperbolehkan. (Ehm.. cukup, jangan dibahas ya).
Konsep theme park Trans Studio dirancang oleh Goddard Group- perusahaan dunia hiburan yang basisnya di Los Angeles, yang telah punya pengalaman merancang wahana atraksi terkenal sepertiUniversal Studios dan Six Flags. Kebetulan saya sudah pernah mengunjungi Universal Studios di Los Angeles dan Six Flags di Texas beberapa tahun silam. Jalan-jalannya mengingatkan saya waktu di California dulu.
Wahana yang tersedia dengan tarif murah adalah:
- Trans City Theater
- Studio Tour
- Hollywood Bumper Car
- Grand Esia Studio View
- Putar Petir
- Rimba Express
- Sepeda Terbang
- Si Bolang
- Safari Track
- Esia Karosel
- Baloon House
- Ayun Ombak
- Angin Beliung
- Kano Kali dan
- Mini Boom Boom Car
Sedangkan yang unggulan dan harus Anda atau anak Anda coba adalah:
- Bioskop 4D
- Jelajah
- Dunia Lain
- Dragon’s Tower
- Magic Thunder Coaster dan
- Kid’s Studio
Bioskop 4D waktu itu memutar The Haunted House yang menceritakan seekor kucing yang memasuki rumah berhantu. Spesial efeknya mengagumkan dan ceritanya juga menarik. Bioskop yang merupakan Dynamic Motion Simulator dengan kacamata 3D ini benar-benar layak dicoba.
Jelajah mirip dengan Niagara-gara di Dufan, namun tingkat kecuramannya hanya separuhnya saja. Dufan masih lebih menantang.
Dunia Lain mirip dengan Istana Boneka namun alih-alih dihibur alunan musik riang dan boneka lucu, Dunia Lain menawarkan suasana suram, gelap, dan penuh dengan hantu ala Indonesia. Yang menyukai dunia gaib akan menyukai wahana ini.
Magic Thunder Coaster mirip dengan Halilintar di Dufan, lagi-lagi tidak semenantang di Dufan.
Kalau menurut pendapat saya, Trans Studio cocok untuk usia 6 – 20 tahun. Usia 6 – 15 tahun akan menikmati wahana yang ada, sementara 16 – 20 tahun akan memanfaatkan kesuraman wahana yang ada untuk berpacaran :). Buat yang di bawah 6 tahun hanya sedikit yang bisa dinikmati, dan di atas 20 tahun ke sana hanya karena penasaran.
Tips untuk pergi ke Trans Studio:
1. Akan lebih menguntungkan kalau punya Kartu Kredit Bank Mega. Banyak tempat makan memberi diskon besar dengan kartu kredit Bank Mega
2. Lebih banyak yang datang akan lebih memudahkan memasuki wahana yang membutuhkan kuota pengunjung sebelum mulai, macam Bioskop 4D dan Trans City Theatre
3. Untuk menghemat, kenyangkan perut Anda sebelum masuk wahana 🙂 Di dalam ada resto, tentu saja lebih mahal dan pilihannya tidak banyak. Untungnya Trans Studio ada di dalam mal dan banyak sekali resto di sana, seperti Solaria dan Leko (Iga Penyet).
4. Pagi ke Trans Studio, Sore ke Somba Opu, mendekati senja ke Pantai Losari. Satu hari dapat maksimal di sana!
Jalan-jalan di Makasar lumayan lebar dan kotanya mengingatkan saya pada Tegal. Makanan utamanya sea food, Coto, Pallu Basa, dan konro. Pallu Basa sebenarnya seperti Coto, hanya saja mangkuknya lebih besar, ditambah serundeng, dan menggunakan nasi. Coto biasanya mangkuknya kecil dan menggunakan lontong atau buras. Selain Trans Studio, kita juga bisa jalan-jalan ke pantai Losari dan dekat dengan pusat oleh-oleh di Jalan Somba Opu. Pastikan mampir ke Somba Opu untuk mencari oleh-oleh, seperti otak-otak yang mantap mentong rasanya, dan minyak tawon yang super hangat!
Oh ya, Makassar sudah menuju seperti Jakarta. Pengendara motornya lumayan nekad, juga bentor alias Becak Montor, motor yang dimodifikasi agar roda depannya diganti becak. Ada yang full music menyetel musik jedak jeduk. Mal banyak, dengan Ramayana, Bioskop XXI, Bodyshop, Ace Hardware, dsb.
Jika belum pernah ke sana, cobalah suatu waktu, karena Makassar merupakan salah satu tujuan wisata Indonesia yang unik! Kalau penasaran dengan Trans Studio dan Anda tinggal di Jawa, maka Anda akan lebih dekat ke Trans Studio Bandung yang konon kata penjaga di Makassar lebih besar, karena saya sendiri belum pernah ke Trans Studio Bandung. Tarifnya beda 50 ribu lebih mahal daripada yang di Makassar.
Selamat berwisata!
TSM memang lbh utk anak2, kalo TSB utk dewasa, pak. tunggu yg ke3 lbh besar n menantang : D
SukaSuka
Wah udah pernah dua-duanya ya?
SukaSuka