Minggu lalu setelah pemilu, saya dan Aila meluangkan waktu di hari libur dengan mengunjungi Museum Macan. Apa sih Museum Macan itu? Apa ada macannya? Bukan!
Macan ternyata singkatan dari Modern and Contemporary Art in Nusantara. Lokasinya terletak di Gedung AKR Tower Level MM, Jl. Perjuangan No.5, RT.11/RW.10, Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11530.
Tampak di Google Maps
Tampak dari luar
Gedung yang dimiliki oleh salah satu orang terkaya di Indonesia ini, Pak Haryanto Adikoesoemo, tidak selalu buka. Jika ada pameran, dan biasanya diselenggarakan setahun tiga kali, maka museum ini bisa menerima pengunjung.
Harga tanda masuk dibandrol 50 ribu untuk orang dewasa, 40 ribu untuk lansia dan pelajar, sementara anak-anak seharga 30 ribu rupiah. Menurut saya, dengan jumlah item yang dipamerkan pada tanggal 21 April 2019 kemarin, harganya masih terasa cukup mahal, karena menurut saya hanya sedikit yang bisa dilihat.
Museum ini buka dari jam 10 pagi hingga jam 7 malam, Senin tutup. Tiket masuk hanya dijual hingga pukul 6 sore. Berikut ini adalah dokumentasi yang saya ambil waktu ke sana bersama Aila.



Gambar di atas diambil di instalasi karya Yayoi Kusama – Infinity Mirrored Room.
Pengunjung diberi waktu 30 detik untuk mengambil gambar dan mengantri seperti gambar di atas. Memang menarik, tetapi tidak cukup waktu untuk menikmati lebih lama lagi.
Beberapa karya yang dipamerkan lainnya adalah sebagai berikut:
Aila berpose dengan balon
Di dalam ruangan yang lantainya ditutupi oleh daun-daunan ini, pengunjung diminta melepaskan alas kaki sehingga kita seolah-olah bermain di kala kecil tanpa mengenakan sandal.
Di sudut ruangan ada gundukan tanah yang diberi beberapa balon untuk berfoto. Di bagian tengah kanan ada meja yang bisa dipakai pengunjung untuk menggambar di atas kertas dengan stempel dan aksesoris lainnya.

Di bagian lain dari museum ini juga ada pameran miniatur bangunan dari kayu yang meski tidak banyak namun lumayan menarik.
Di lantai atas, saat itu sedang dipamerkan beberapa lukisan dengan ciri khas matanya yang hitam.
Lukisan karya Jeihan Sukmantoro ini dibuat ketika ia tinggal di Cicadas, kawasan timur Bandung. Pelukis yang lahir di tahun 1938 ini jebolan ITB. Lukisan-lukisan ini dipamerkan hingga tanggal 26 Mei 2019, jadi kalian masih sempat untuk melihatnya.
Demikianlah kunjungan singkat saya dan Aila yang cukup penasaran dengan Museum Macan ini. Pada dasarnya karya seni ini cukup menarik untuk disimak, namun dengan sedikitnya materi yang dipamerkan, harga tiket masuknya memang terasa agak mahal. Jika dibandrol 50 persennya mungkin akan lebih menarik minat pengunjung awam untuk menikmati karya seni ini.
Oh ya, di bagian depan museum juga ada toko cenderamata yang menawarkan banyak barang menarik.
Selamat berkunjung dan menikmati karya seni, ya!
keren museumnya, tapi jauh dari Solo
SukaSuka
Buat kalau jalan-jalan ke Jakarta 🙂
SukaSuka